Selasa, 17 Maret 2009

Guru Killer: menciptakan situasi pendidikan?

Guru killer. Tahukah siapa guru killer? Mereka pembunuh, mengapa? Mereka mematikan potensi anak.

Situasi yang diciptakan Guru Killer

  • Relasi antara pendidik dengan peserta didik memang merupakan prasyarat terjadinya situasi pendidikan, tetapi hubungan itu tidak menjamin kepastian tumbuh-kembangnya situasi pendidikan. Pada banyak kasus dapat diketahui bahwa hubungan yang terjadi antara pendidik dengan peserta didik dapat menimbulkan situasi yang bertentangan dengan makna dan tujuan pendidikan, antara lain: pelecehan, penghinaan, persaingan, penghisapan, permusuhan, dan sebagainya
  • Perlakukan pendidik terhadap peserta didik bertentangan dengan konsep HAM dan HMM. Apa yang dilakukannya malah dapat membunuh atau mematikan potensi peserta didik, seperti:
    • Pendidik memberikan “cap” atau “label” kepada peserta didik, seperti: tolol, bodoh, ndablek, bloon, dasar bego, nakal, dan lainnya.
    • Pendidik/sekolah, misalnya membagi kelas pintar, kelas sedang, dan kelas bodoh untuk mempermudah pemberian perlakukan kepada peserta didik.
    • Pendidik kurang menghargai gagasan-gagasan peserta didik.
    • Pendidik menekankan pada hasil daripada proses
    • Pendidik menciptakan lingkungan yang kurang bersahabat, penuh ancaman, dan suasana tidak menyenangkan.
    • Pendidik memaksakan pendapat, pandangan, atau nilai-nilai tertentu kepada anak
    • Pendidik mengeksplorasi segi-segi kelemahan yang dimiliki anak.

Kajian Teoritis

  • Situasi pendidikan adalah kegiatan pendidikan yang berlangsung dalam hubungan pendidikan. Kegiatan pendidikan yang terlaksana dalam situasi pendidikan merupakan peristiwa yang istimewa dan unik untuk kepentingan peserta didik yang sedang mengembangkan dirinya.
  • Pendidik memandang dan memperlakukan peserta didik sebagai manusia berderajat paling tinggi dan paling mulia di antara makhluk-makhluk lainnya dengan HMM dan HAM yang penuh. Meskipun individu yang satu berbeda dengan individu yang lain.
    Situasi pendidikan mengandung komponen peserta didik, pendidik, tujuan pendidikan, dan proses pembelajaran. Keempat komponen itu sarat dengan unsur HMM dengan kandungan hakekat manusia, lima dimensi kemanusiaan, dan pancadaya.
  • Proses pembelajaran dengan perangkat pendidikannya merupakan landasan atau wahana dengan muatan pendidikan yang terselenggarakan demi pengembangan secara utuh hakikat menusia dengan kelima dimensi kemanusiaan dan pancadaya peserta didik. Perangkat pendidikn tersebut didasarkan pada dua pilar yaitu kewibawaan dan kewiyataan.
    (Prof. Prayitno, 2008)

Situasi Pendidikan yang seharusnya

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka situasi yang seharusnya diciptakan guru adalah situasi pendidikan sebagai berikut:

  • Kegiatan pendidikan yang terlaksana dalam situasi pendidikan seharusnya merupakan peristiwa yang istimewa dan unik untuk kepentingan peserta didik yang sedang mengembangkan dirinya.
  • Perlakukan pendidik yang seharusnya yaitu memperlakukan peserta didik sesuai konsep HAM dan HMM (Harkat dan martabat manusia). Beberapa perlakuan yang dapat menumbuhkan potensi peserta didik mencapai kedirian dan kemandiriannya:
    • Berusaha untuk tidak memberikan label kepada peserta didik.
    • Pembagian kelas berdasarkan pengelompokkan kelas pintar, sedang, dan bodoh harus dihindari. Pembagian kelas diusahakan normal untuk setiap kelasnya.
    • Pendidik berusaha tidak memberikan hukumaan atau celaan terhadap gagasan atau ide baru yang dirasa aneh dari siswa. Gagasan peserta didik harus dihargai bahkan diberikan kesempatan untuk mewujudkan gagasan-gasannya.
    • Pendidik harus melihat keberhasilan pendidikan baik ari hasil maupun proses pembelajaran
    • Pendidik menciptakan lingkungan yang bersahabat, bebas, dan suasana yang lebih menyenangkan.
    • Pendidik tidak memaksakan pendapat, pandangan, atau nilai-nilai tertentu. Bahkan pendidik menciptakan pelayanan pembelajaran yang menjadikan siswa merasa bebas mengemukakan fikiran dan pendapat.
    • Pendidik berusaha mengeksplorasi segi-segi positif yang dimiliki anak dan bukan sebaliknya mencari-cari kelemahan anak.
Daftar Bacaan
Prayitno (2008), Dasar Teori dan Praktis Pendidikan, Padang: Universitas Negeri Padang.

0 komentar:

Posting Komentar